KODE IKLAN DFP 1 Nilai-Nilai Kehidupan Pada Cerpen | kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Nilai-Nilai Kehidupan Pada Cerpen

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Nilai-Nilai Kehidupan pada Cerpen - Cerpen tidak hanya diciptakan untuk hiburan atau bacaan semata. Akan tetapi kalau kita mendalaminya sebuah cerpen niscaya mengandung sebuah nilai-nilai kehidupan yang sanggup kita ambil hikmahnya. Cerpen disususn menurut unsur pembentuk yang berupa  tema, tokoh, abjad tokoh, alur, latar, serta pesan/amanat. Selain unsur intrinsik tersebut cerpen juga memuat nilai-nilai yang merupakan amanat dari cerpen tersebut.

 Cerpen tidak hanya diciptakan untuk hiburan atau bacaan semata NILAI-NILAI KEHIDUPAN PADA CERPEN


Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen, antara lain :

1. Nilai moral
Nilai moral yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik jelek tingkah laku.

2. Nilai sosial/kemasyarakatan
Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat.

3. Nilai religius/keagamaan
Nilai keagamaan yaitu nilai yang berkaitan dengan agama
.
4. Nilai pendidikan/edukasi
Nilai pendidikan yaitu nilai yang berkaitan dengan pendidikan/pelajaran hidup

5. Nilai estetis/keindahan
Nilai estetis yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menarik/menyenangkan/keindahan (nilai seni).

6. Nilai etika
Nilai etika yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.

7. Nilai politis
Nilai politis yaitu nilai yang berkaitan dengan situasi politik (pemerintahan).

8. Nilai budaya
Nilai budaya yaitu nilai yang berkaitan dengan kebudayaan (adat istiadat).

9. Nilai kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yaitu nilai yang berafiliasi dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai kemanusiaan sanggup berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, edukasi, dan sebagainya.


Sebagai latihan tentukanlah nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen di bawah ini!


Curiga 
(Humam S. Chudori )

      Saya gres tiba, tatkala lelaki yang tinggal satu RT itu tiba ke rumah. Dengan gaya jagoan, lelaki itu marah-marah. "Jangan sok ya Pak? Apa mentang- mentang bapak seorang dosen? Istri bapak seorang perempuan karier. Kalau istri saya cuma seorang ibu rumah tangga dan saya sendiri terpaksa menjadi seorang satpam," demikian mulutnya nyerocos, tak karuan. Tak terang juntrungan-nya.
Saya diam. Ini ada persoalan apa? Saya membatin. Kenapa tiba-tiba Suhono bicara status pekerjaan. "Jangan suka nyindir keluarga satpam, Pak," lanjutnya.
"Apa maksud Pak Suhono," kata saya. "Lagi pula siapa yang menyindir?"
"Tadi istri bapak mengatakan, 'biar jadi satpam segala'. Apa sih maunya?" Saya diam. Pasti telah terjadi miss comunication, pikir saya. Tapi, saya berusaha untuk tidak meladeninya. Percuma, pikir saya. Lelaki yang tinggal satu RT dengan kami itu memang bawaannya selalu curiga. Mungkin alasannya ialah profesinya sebagai satpam.

     Benar. Sikap dan tabiat seseorang, diakui atau tidak, seringkali akan sangat dipengaruhi profesi yang digelutinya. Nah, alasannya ialah menjadi seorang satpam (pekerjaannya menuntut supaya selalu waspada, apalagi semenjak bom meledak di mana-mana. Tuntutan kewaspadaan ini acapkali diterjemahkan mereka sebagai harus bersikap curiga kepada siapa pun), tak heran kalau pembawaan Suhono selalu curiga. Bahkan terhadap tetangga sendiri. Segala sesuatu ditafsirkan secara picik. Pola pikir lelaki berhidung sempok itu selalu negative thinking.
"Kalau memang istri saya salah, maafkan dia. Nanti biar saya kasih tahu."
"Mestinya bapak harus sanggup mengajar istri." Saya diam. Saya berusaha mencari kalimat yang sempurna untuk disampaikan kepada orang yang satu ini. "Terima kasih atas peringatannya, Pak," kata saya sesudah menemukan kalimat yang pas untuk disampaikan kepadanya. "Orang hidup bertetangga memang perlu saling mengingatkan.
     Ya, kadang kala apa yang kita anggap tidak mengganggu orang lain namun kenyataannya, tanpa kita sadari yang kita lakukan mengganggu orang lain. Ya, contohnya saja kita menyetel radio keras-keras. Benar. Radio itu milik sendiri. Disetel di rumah sendiri. Tapi, kalau bunyi radio itu terlalu keras sanggup mengganggu tetangga."
"Kalau itu lain, Pak," Suhono memotong kalimat saya. Seketika itu pula wajahnya berubah. Merah. Entah alasannya ialah aib atau bertambah tersinggung.
"Lain bagaimana? Apa kalau ada tetangga sedang sakit gigi, kita tahu? Kalau kita menyetel lagu keras-keras tidak mengganggu tetangga kita yang sedang sakit? Karena itu, kalau kita bilang menyetel lagu keras-keras." "Assalamualaikum," sebuah uluk salam menghentikan kalimat yang belum usai saya lontarkan. Karena saya buru-buru menjawab salam yang diucapkan Pak RT yang gres tiba itu. Ketika Pak RT masuk, suami Wulan itu pribadi pulang. Entah kenapa. Yang pasti, ibarat kata orang-orang, Suhono gotong royong kurang pede. Untuk menutupi kekurangannya itu, ia selalu bicara dengan bunyi keras. Terkadang bernada kasar. Namun, kalau ada yang meladeninya, lelaki itu tak sanggup berbuat apa-apa.
     Hanya saja, memang, jarang sekali orang mau melayaninya. Ia juga kurang bergaul dengan tetangga sekitar. Jika ada pertemuan warga, misalnya, pun ia tidak mau datang.

* * *

Demikian postingan tentang Nilai-Nilai Kehidupan pada Cerpen. Semoga bermanfaat.
Selamat Belajar... :)

KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2