KODE IKLAN DFP 1 Cerpen Dongeng Seorang Tukang Cukur | kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Cerpen Dongeng Seorang Tukang Cukur

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
KISAH SEORANG TUKANG CUKUR


Sang surya mulai menyapa dunia, hilir pulang kampung kegiatan hidup meramaikan dunia. Suasana pagi yang penuh kedamaian mulai tiba. Segala hal gres mulai dilakukan oleh semua orang guna memenuhi kebutuhan hidup. Suara bising kendaraan saut menyaut. Di sudut kota terdengar hiruk-pikuk bunyi penjual dan pembeli di pasar krepyak. Terlihat suasana yang memusingkan bagi yang melihatnya.
            Di sudut pasar terdapat lapak cukur rambut yang sangat kecil dan sempit. Pak Karta pemilik lapak tersebut. Dia bekerja sehari-hari untuk memenuhi kebetuhan hidupnya dan kedua anaknya yang masih duduk di kursi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Darti anak pertama pak Karta yang masih duduk duduk di kursi kelas 2 SMP. Sedangkan surti  anak ke dua  yang masih kelas 5 SD.
Karena ketidakmampuan pak karta dalam membiayai pendidikan ke dua putrinya, sehingga Darti merelakan merelakan meninggalkan harapan bagus untuk menjadi anak berpendidikan. Dartipun hanya mencicipi senangnya bersekolah hanya hingga kelas 2 SMP, semua tinggal kenagan.
Pak karta yang kesehariannya bekerja sebagai tukang cukur rambut yang penghasilannya sehari 25.000,. itupun kalau sedang ramai. Perjuangan pak Karta yang cukup besar untuk menghidupi ke dua putrinya. Begitu tegar pak Karta menghadapi pahitnya hidup sendiri tanpa dukungan dari seorang istri. Istri pak Karta telah meninggalkan kerasnya hidup ketika Surti masih berusia Tujuh tahun.
***

            Matahari mulai menjulang tinggi. Sengat sinarnya mulai menembus pelindung tubuh. Sinarnya sungguh memukau, menyilaukan bagi yang memandangnya. Jam sudah memperlihatkan Pkl.12.00.WIB sehabis beberapa jam lamanya pak Karta duduk di bawah pepohonan rindang. Menunggu ada orang yang mau memakai jasanya untuk mencukur rambut. Namun belum ada satupun orang yang mau memakai jasanya.
Pak Karta hampir putus asa. Di tengah lamunannya tiba-tiba tiba seorang pria paruh baya yang menjadi langganan pak Karta, dialah pak tarno namanya. Tiba-tiba lamunannya buyar alasannya yaitu gertakan Pak Tarno, “Mau kerja apa mau melamun?”.
Sanggah Pak Karta,Oo ya.. mau kerja yo. Saya itu sudah dari tadi menunggu tapi belum ada satupun orang yang mau mencukur rambut di saya. Oalah.... alhamdulillah ada pak Tarno yang mau mencukur rambut. Monggo Pak!”.
 Jawab pak Tarno “Ya, saya ke sini mau mencukur rambut agar rapi. Biar asyik, kita sambil ngobrol pak”.
Setelah panjang lebar bercakap-cakap, tiba-tiba di tengah obrolannya, ada pembicaraan yang menciptakan hati pak Tarno tersentak ketika pak Karta bertanya padanya “sebenarnya Tuhan itu melihat tidak? Kenapa saya ini menjadi orang susah, hidup serba kekurangan. Apa Tuhan itu tidak melihat? Kenapa hidupku selalu sulit? Untuk makan penuh dalam sehari saja jarang sekali, uang pas-pasan. Kenapa Tuhan tidak memperlihatkan hidupku serba berkecukupan?” pertanyaan demi pertanyaan pak Karta Lontarkan, seola-olah menjadi unek-unek perasaannya.
Mendengar perkataan pak Karta itu, hati pak Tarno tergerak untuk meluruskan pemahaman pak Karta terhadap Tuhan. “Huusssstt.... pak Karta iki bicara apa. Jangan menyerupai itu. Tuhan Maha melihat, Maha adil. Tuhan Maha Pengasih dan Tuhan akan memberi jikalau insan itu mau berusaha sungguh-sungguh”, kata pak Tarno.
Tiba-tiba dengan ngototnya, pak Karta menyanggahnya seperti hanya dirinya yang paling benar,” Kamu itu tahu apa, kau tidak tahu sulitnya saya mencari uang. Banting tulang berhari-hari pagi hingga sore tapi kesudahannya itu-itu saja. Buat makan bertiga saja kurang.
Sudah capek-capek dapatnya Cuma sedikit. Itu masih mending yang lebih parah saya sering tidak mendapat uang sepeserpun. Itu yang namanya Maha melihat, Maha adil, Maha penyayang? Kamu bisa berkata menyerupai itu, alasannya yaitu hidup kau serba cukup”, Kata pak Karta dengan intonasi tinggi.
Mendengar balasan dari pak Karta, lisan pak Tarno terkunci. Posisi pak Tarno serba salah. Hanya membisu jalan satu-satunya. Agar emosi pak Karta meredam. Karena pak Tarno tidak ingin berdebat dengan orang yang sedang naik darah.
15 menit lamanya suasana menjadi hening. Di tengah keheningan itu tiba-tiba terdengar bunyi Pak Karta “sudah final pak. Sudah rapi!”. Pak Tarno bergegas dari daerah duduknya.
“Tujuh Ribu pak”, kata pak Karta Si tukang cukur.
pak Tarno membayar sembari menyampaikan “suatu saat, saya akan meyakinkanmu kalau  Tuhan maha melihat, maha adil dan maha pengasih. Saya akan berusaha meluruskan jalan pikiranmu. Terimakasih”.
Sahut pak Karta “silahkan saja! Kalau kau bisa bawa buktinya. Kamu ini orang bisa jadi tau apa sama orang kecil menyerupai aku”.
Setelah final mencukur rambut, pak Tarno berjalan menuju parkiran motor.
***

            Setelah dua jam lamanya Pak Tarno mengontrol barang dagangannya di Toko miliknya yang letaknya tidak jauh dari pasar Krepyek. Pak Tarno kembali ke parkiran untuk kembali ke Rumah.
Tiba-tiba dilihatnya ada seorang kekek renta renta dengan tongkat kayu de sebelah tangan kanannya. Dengan jalan tersepoy-sepoy, baju compang-camping, kotor, rambut tidak tertata rapi berombak berangasan (mluker-mluker istilah jawinipun) dan jenggot panjangnya yang tidak pernah dicukur.
Melihat kondisi kakek renta itu, hati Pak Tarno tergerak untuk menolongnya, sepintas ingatannya tergugah akan pembicaraan tadi siang dengan Pak Karta. Pak Tarno mendekati Kakek renta itu,”Kakek mau saya bantu?”,kata Pak Tarno.
Mendengar anjuran tersebut Kakek itu mengangguk. “mari ikut saya Kek...!”, sahut pak Tarno sambil menggandengnya.
Pak Tarno menggandeng Kakek itu untuk bergegas menuju daerah cukur rambut milik Pak Karta untuk menjelaskan mengenai pembicaraannya waktu siang tadi. Setelah hingga di daerah cukur pak Karta, Pak Tarno berkata,”saya kembali lagi kesini untuk mengambarkan ucapan saya tadi. Untuk membawa buktinya”.
Sanggah Pak Karta,”Mana bukti yang kau bawa ? kenapa yang kau bawa Kakek renta renta itu?”.
Mendengar perkataan itu, Mulut Pak Tarno seraya terbuka untuk menjelaskan maksud kedatangannya.”begini pak Karta, tadi kau menyampaikan kalau Tuhan itu tidak adil, tidak melihat. Sekarang coba kau perhatikan keadaan Kakek renta itu. Dia jauh lebih parah dari kamu. Dia tidak lagi mempunyai sanak saudara. Tidak mempunyai gantungan hidup, hanya meminta yang sanggup ia lakukan. Sementara kamu? Kamu jauh lebih beruntung. Kamu masih punya anak, kerabat, pekerjaan. Masih punya gantungan hidup. Pekerjaan kau menjadi tukang cukur sudah Allah tentukan alasannya yaitu Allah memberimu kemampuan menjadi tukang cukur. Walaupun kau merasa susah, tapi kau masih punya ketrampilan yang bisa kau kerjakan ketika tidak da lagi pekerjaan yang layak. Kamu Cuma duduk menunggu orang yang mau mencukur rambut. Hasil dari itu kau bisa gunakan untuk bertahan hidup anak-anakmu dan........”.
Pak Karta memenggal pembicaraan tersebut, ”tapi kenapa Allah mengakibatkan saya sebagai tukang cukur? Yang penghasilannya Cuma sedikit”,ujar Pak Karta.
Jawab Pak Tarno, ”kamu lihat jenggot Kakek renta itu? Kenapa jenggotnya bisa panjang, itu alasannya yaitu ia tidak ada uang untuk mencukur jenggotnya. Sama halnya dengan kita kalau kita tidak ada materi atau alat untuk bekerja tetapi kita Cuma membisu dan mengharapkan derma dari orang lain, kita tidak sanggup mencapainya alasannya yaitu materi atau alat untuk perjuangan tidak kita cari. Kaprikornus Allah maha Adil, kau tidak ada uang banyak untuk sekolah hingga tinggi untuk menjadi orang besar. Tapi Allah memberimu ketrampilan yang diperoleh tanpa kau sekolah. ketrampilan kau gunakan untuk mencari uang. Masih bersyukur kau tidak jadi pengemis.”
Sanggah Pak Karta, ”tapikan Allah masih tidak sayang denganku..”.
 jawab Pak Tarno, ”oallah pak..... tidak sayang???, pak Karta tidak mencicipi kalau Allah itu sayang sama Pak Karta. Itu alasannya yaitu panjenengan tidak akil bersyukur. Dikasih ini maunya itu, dikasih itu mintanya yang lain. Pak Karta tau, kenapa setiap orang itu rambutnya bisa hingga panjang?, YA itu alasannya yaitu untuk rejekinya tukang cukur. Saya rambutnya panjang, Kakek renta ini jenggotnya panjang. Kalau mau rapi datangnya kemana? Ya ke tukang cukur rambut. Itulah tandanya Allah sayang dengan Pak Karta. Kalau seandainya tidak ada orang yang mau mencukur rambut yang panjang, kemudian Pak Karta mau sanggup uang dari mana? Sedangkan kau hanya punya modal ketrampilan menjadi tukang cukur. Allah sudah mengatur segalanya. Allah membagi Rezeqi setiap orang berbeda-beda dan Allah membaginya seadil-adilnya. Allah sudah mempertimbangkan segala hal. Kita sebagai insan cuma bisanya protes dan komentar”,ujar Pak Tarno.
Ternyata usahanya untuk meluluhkan hati Pak Karta tidak sia-sia. Pak Karta termenung dan terdiam dalam lamunannya sehabis mendengarkan pesan yang tersirat dari Pak Tarno.
“ sudah-sudah... jangan terlalu dipikirkan. Yang sudah biarlah berlalu. Yang penting kau harus tetap berusaha dan percaya sepenuhnya serta yakin kalau Allah maha adil, maha penyayang dan maha pengasih”, ujar pak Tarno untuk menenangkan Hati Pak Karta.     


...........SELESAI.......
 Karya : Mike Azminatul Khayatika, S.Pd. 



NB :
Cerita ini hanya fiktif belaka, yang dibumbui dengan imajinasi. Apabila ada suatu insiden atau nama yang sama sesuai dengan dongeng tersebut, dengan kerendahan hati penulis mohon ma’af. Terimakasih atas apresiasinya sehabis membaca cerpen ini.
@Merangkai asa berjuta aksi.


KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2